soal takehome periklanan dikumpul,senin 11 januari 2010 di fikom undwi.
1.Iklan Konsumen(consumer advertising)
2.Iklan antar bisnis (business to business advertising)
3.Iklan Perdagangan (trade advertising)
4.Iklan eceran (retail advertising)
5.Iklan bersama (cooperative advertising)
6.Iklan keuangan ( financial advertising)
7.Iklan Rekruitmen (recruitment advertising)
1. Cari tujuh jenis iklan tersebut d atas pd media cetak (dikliping), iklan outdoor bs difoto lalu dprint dan internet (diprint) masing2 dua contoh iklan.
2. Isi keterangan pd setiap iklan yg anda pilih. bisa diketik ato tulis tgn. Contoh: iklan sunsilk merupakan iklan konsumen karena ....
3. semua iklan dan keterangannya ditempel pd kertas Folio tanpa dijilid.
4. tgs ini dikerjakan berkelompok masing2 3 (tiga) mahasiswa.
5. Hrs dikumpul tepat wkt sesuai deadline.
Selamat Mengerjakan & Terima Kasih.
Sabtu, Januari 02, 2010
Kamis, April 09, 2009
Belog Polos
Oleh : Bhagawan Dwija
Sifat perilaku kebanyakan orang Bali yang tidak suka menonjolkan diri, menunjukkan kelebihan, apalagi bertingkah sombong, mungkin didasari kesadaran penuh pada hakekat ke-Tuhan-an yang maha kuasa di mana ada unsur keyakinan bahwa apapun yang dimiliki dan diketahui umat manusia sangat tidak berarti jika dibandingkan dengan-Nya. Tetua di jaman lampau suka menasihati anak-anak agar selalu bersikap, berkata dan berpikir sederhana, tidak mengada-ada, tersirat dari lagu anak-anak : ... "de ngaden awak bisa, ndepang anake ngadanin, gaginane bukah nyampat, anak sai tumbuh luhu, ilang luhu ebuk katah, wiadin ririh liu enu pelajahin"
Artinya : ...
"jangan mengira dirimu serba bisa, biarkan orang lain yang menilai, kerja bagaikan menyapu, karena selalu ada sampah, hilang sampah masih ada debu yang banyak, andaikan pintar masih banyak yang perlu dipelajari".
Perilaku sederhana seperti itu pula mendorong mereka untuk lebih banyak mengalah daripada gigih berkompetisi. Selanjutnya menunjukkan sikap toleransi tinggi, selalu memikirkan kepentingan dan perasaan orang lain. Ingin hidup damai, tenang, dan seia sekata dalam paguyuban kemasyarakatan. Inti sari filsafat dalam itihasa Mahabharata dan Ramayana yang sering diungkapkan dalam kidung, kekawin, dan pementasan wayang menanamkan keyakinan bahwa sesuatu yang adharma pasti akan kalah dan hancur, walaupun pada mulanya tampak akan berjaya. Sebaliknya dharma pasti akan menang walaupun awalnya tercabik-cabik. Dewa-Dewa pun memihak pada dharma, sedangkan Raksasa berada di seberang. Manusia yang memihak Dewa akan menuju sorga, sedangkan yang suka Raksasa akan menuju neraka. Selain itu kisah-kisah semacam Jayaprana, ceritra I Bawang - I Kesuna, I Siap Badeng, Cerukcuk Punyah, dan lain-lain, semuanya menghargai dan membela kebenaran.
Orang Bali umumnya sabar, bisa mengendalikan diri. Hal-hal yang mengecewakan atau tidak memuaskan dipendam dalam hati. Sepanjang sejarah hal ini telah terbukti. Dahulu, pada abad ke-17 banyak pekerja asal Bali dijualbelikan sebagai budak oleh raja-raja mereka. Ada yang terpaksa meninggalkan keluarga, anak dan istri selama-lamanya karena tunduk pada titah raja dijual sebagai budak ke luar Bali. Itulah asal mula adanya kampung Bali di Jakarta, dan Desa Kebalen di Jawa, sebagai sentra pemukiman budak asal Bali dahulu kala. Kejadian di zaman sekarang, tengoklah "Bom Kuta - Bali" yang demikian hebat membawa korban jiwa dan memporak-porandakan turisme yang menjadi andalan penghasilan penduduk.
Di Koran kemudian tersiar berita bahwa para pelaku ledakan bom yang divonis mati, belum juga dieksekusi, bahkan tujuh belas Agustus yang lalu para pelaku mendapat remisi. Orang Bali tetap sabar dan menyerahkan sepenuhnya kasus itu pada pemerintah. Di bidang pendapatan daerah, imbalan bantuan pemerintah pusat kepada Bali tidak sesuai dengan sumbangan pendapatan devisa baik berupa pendapatan bisnis maupun pajak. Berbagai ketidakadilan nampak dengan jelas di pelupuk mata. Bali yang kaya raya dengan beragam seni budaya, yang menarik kunjungan jutaan wisman tetap saja miskin karena keuntungan dari industri pariwisata yang dinikmati pemerintah pusat tidak dibagikan secara proporsional ke daerah. Sarana dan prasarana masih ketinggalan jaman dibanding dengan kota-kota di Jawa. Orang Bali masih tetap sulit mendapat lapangan kerja karena investasi tidak diarahkan ke Bali.
"Belog - polos" ungkapan yang sekarang terasa kurang enak, tidak mau diterima oleh kalangan muda-mudi. Mereka mungkin mengira kata "belog" = bodoh, dan "polos" = lugu. Sebenarnya tidak demikian. Belog – polos mempunyai satu pengertian tentang pola pikir, ucapan, dan perilaku yang sederhana, jujur, tidak mementingkan diri sendiri, dan menjunjung nilai-nilai spiritual utama seperti yang diungkapkan di atas. Walaupun demikian, kesabaran, dan kekuatan memendam rasa tidak puas dan ketidakadilan pada orang-orang Bali ternyata ada batasnya. Sejarah pula mencatat pemberontakan Untung Suropati, pemuda Bali yang menjadi budak di Pasuruan. Perang Puputan Jagaraga, Klungkung, dan Badung.
Kepahlawanan Ngurah Rai, Wisnu, Gempol, Kajeng, dan kawan-kawan mereka melawan penjajah. Penumpasan PKI/G-30-S melawan kebathilan, dan banyak lagi kasus-kasus lainnya yang tidak mencuat ke permukaan, menyangkut perlawanan pada hal-hal yang beraroma adharma. Bagaikan aliran sungai yang terbendung, suatu ketika bendungnya jebol, banjir dahsyat meluap, dan membinasakan sekitarnya. Orang Bali bahkan tidak takut mengorbankan nyawa bila tekad mereka sudah menggumpal.
Kini, kaum cendekiawan Bali mulai berpikir dan berbicara soal Bali di masa depan. Tetapkah Hindu dalam artian agama dan budayanya masih bisa dipertahankan ? Apa pula upaya kita melindungi dan mengembangkan ke-Hindu-an ? Bagaimana nasib anak-cucu kita kemudian ? Masihkah kesucian tanah Bali ajeg ? Diskusi pun ramai, di Kampus, di Balai Banjar, di Geria para Sulinggih, di Pura, di pertemuan paguyuban warga/soroh, di pemerintahan, di radio/televisi, di koran, di mana saja orang bertemu bahkan di dunia maya seperti website Hindu-Dharma Net, Babad Bali, Hindu Reform, dll. Selain itu organisasi-organisasi ke-Hinduan muncul bak cendawan di musim hujan, dalam bentuk organisasi pemuda, mahasiswa, LSM, dll. Bagus ! Menggembirakan ! Menambah semangat ! Itu tanda-tanda kita peduli pada diri kita sendiri. Logis dan smart, jika bukan kita yang mengurus diri sendiri, lalu siapa ? Mungkinkah suku lain yang memikirkannya, sementara orang Bali tidur ayem-ayem ?
Sudah waktunya orang Bali unjuk gigi. Belog - Polos boleh-boleh saja namun ada batasnya dan jangan terlalu lama menahan ketidakpuasan, jangan terlalu lama membiarkan adharma mencabik-cabik kita, jangan pula membiarkan pihak-pihak tertentu "ngerjain" Bali. Bangkitlah dan berjuanglah, karena jika tidak demikian kita akan tertinggal dan terlanggar oleh derasnya arus atau "rush". Kita akan diinjak-injak, misalnya ada pejabat tinggi negara yang seenaknya ngomong meremehkan Bali. Mungkin dalam pikirannya kita ini dianggap suku yang paling mudah diatur, paling penurut, paling penakut, paling "koh-ngomong". Maka segera perkuat konsolidasi ke dalam, artinya bina, pupuk, dan kembangkan rasa kesatuan dan persatuan sesama umat Hindu khususnya yang ada di Bali. Jangan mau diadu domba, jangan silau dengan kemilau Rupiah atau Dollar dari suap, sogokan, pemberian, dll., jangan mau dirayu dengan janji-janji gombal, dan yang terpenting jangan mau ditipu. Hanya orang bodoh saja yang mudah di tipu.
Kita bukan orang bodoh, kita sudah punya Professor, Doktor, segudang ! Kita sudah punya pejabat-pejabat tinggi di sipil dan militer, kita sudah punya usahawan yang berhasil, kita sudah punya kaum muda yang bersemangat. Tinggal dikoordinasikan saja. Para pejabat dan orang-orang Bali yang "sukses" dalam karir dan ekonomi yang ada di luar pulau Bali, mohonlah memperhatikan tanah air leluhurnya. Jangan berpeluk tangan, tolong ikut memikirkan, memberi masukan, membantu perjuangan menuju kelestarian Bali : agama, budaya, penduduk, dan alam pulau Bali. Mencintai Bali sama juga mencintai leluhur kita sendiri, karena beliau orang Bali!
Sumber: Stiti Dharma Online

Artinya : ...
"jangan mengira dirimu serba bisa, biarkan orang lain yang menilai, kerja bagaikan menyapu, karena selalu ada sampah, hilang sampah masih ada debu yang banyak, andaikan pintar masih banyak yang perlu dipelajari".
Perilaku sederhana seperti itu pula mendorong mereka untuk lebih banyak mengalah daripada gigih berkompetisi. Selanjutnya menunjukkan sikap toleransi tinggi, selalu memikirkan kepentingan dan perasaan orang lain. Ingin hidup damai, tenang, dan seia sekata dalam paguyuban kemasyarakatan. Inti sari filsafat dalam itihasa Mahabharata dan Ramayana yang sering diungkapkan dalam kidung, kekawin, dan pementasan wayang menanamkan keyakinan bahwa sesuatu yang adharma pasti akan kalah dan hancur, walaupun pada mulanya tampak akan berjaya. Sebaliknya dharma pasti akan menang walaupun awalnya tercabik-cabik. Dewa-Dewa pun memihak pada dharma, sedangkan Raksasa berada di seberang. Manusia yang memihak Dewa akan menuju sorga, sedangkan yang suka Raksasa akan menuju neraka. Selain itu kisah-kisah semacam Jayaprana, ceritra I Bawang - I Kesuna, I Siap Badeng, Cerukcuk Punyah, dan lain-lain, semuanya menghargai dan membela kebenaran.
Orang Bali umumnya sabar, bisa mengendalikan diri. Hal-hal yang mengecewakan atau tidak memuaskan dipendam dalam hati. Sepanjang sejarah hal ini telah terbukti. Dahulu, pada abad ke-17 banyak pekerja asal Bali dijualbelikan sebagai budak oleh raja-raja mereka. Ada yang terpaksa meninggalkan keluarga, anak dan istri selama-lamanya karena tunduk pada titah raja dijual sebagai budak ke luar Bali. Itulah asal mula adanya kampung Bali di Jakarta, dan Desa Kebalen di Jawa, sebagai sentra pemukiman budak asal Bali dahulu kala. Kejadian di zaman sekarang, tengoklah "Bom Kuta - Bali" yang demikian hebat membawa korban jiwa dan memporak-porandakan turisme yang menjadi andalan penghasilan penduduk.
Di Koran kemudian tersiar berita bahwa para pelaku ledakan bom yang divonis mati, belum juga dieksekusi, bahkan tujuh belas Agustus yang lalu para pelaku mendapat remisi. Orang Bali tetap sabar dan menyerahkan sepenuhnya kasus itu pada pemerintah. Di bidang pendapatan daerah, imbalan bantuan pemerintah pusat kepada Bali tidak sesuai dengan sumbangan pendapatan devisa baik berupa pendapatan bisnis maupun pajak. Berbagai ketidakadilan nampak dengan jelas di pelupuk mata. Bali yang kaya raya dengan beragam seni budaya, yang menarik kunjungan jutaan wisman tetap saja miskin karena keuntungan dari industri pariwisata yang dinikmati pemerintah pusat tidak dibagikan secara proporsional ke daerah. Sarana dan prasarana masih ketinggalan jaman dibanding dengan kota-kota di Jawa. Orang Bali masih tetap sulit mendapat lapangan kerja karena investasi tidak diarahkan ke Bali.
"Belog - polos" ungkapan yang sekarang terasa kurang enak, tidak mau diterima oleh kalangan muda-mudi. Mereka mungkin mengira kata "belog" = bodoh, dan "polos" = lugu. Sebenarnya tidak demikian. Belog – polos mempunyai satu pengertian tentang pola pikir, ucapan, dan perilaku yang sederhana, jujur, tidak mementingkan diri sendiri, dan menjunjung nilai-nilai spiritual utama seperti yang diungkapkan di atas. Walaupun demikian, kesabaran, dan kekuatan memendam rasa tidak puas dan ketidakadilan pada orang-orang Bali ternyata ada batasnya. Sejarah pula mencatat pemberontakan Untung Suropati, pemuda Bali yang menjadi budak di Pasuruan. Perang Puputan Jagaraga, Klungkung, dan Badung.
Kepahlawanan Ngurah Rai, Wisnu, Gempol, Kajeng, dan kawan-kawan mereka melawan penjajah. Penumpasan PKI/G-30-S melawan kebathilan, dan banyak lagi kasus-kasus lainnya yang tidak mencuat ke permukaan, menyangkut perlawanan pada hal-hal yang beraroma adharma. Bagaikan aliran sungai yang terbendung, suatu ketika bendungnya jebol, banjir dahsyat meluap, dan membinasakan sekitarnya. Orang Bali bahkan tidak takut mengorbankan nyawa bila tekad mereka sudah menggumpal.
Kini, kaum cendekiawan Bali mulai berpikir dan berbicara soal Bali di masa depan. Tetapkah Hindu dalam artian agama dan budayanya masih bisa dipertahankan ? Apa pula upaya kita melindungi dan mengembangkan ke-Hindu-an ? Bagaimana nasib anak-cucu kita kemudian ? Masihkah kesucian tanah Bali ajeg ? Diskusi pun ramai, di Kampus, di Balai Banjar, di Geria para Sulinggih, di Pura, di pertemuan paguyuban warga/soroh, di pemerintahan, di radio/televisi, di koran, di mana saja orang bertemu bahkan di dunia maya seperti website Hindu-Dharma Net, Babad Bali, Hindu Reform, dll. Selain itu organisasi-organisasi ke-Hinduan muncul bak cendawan di musim hujan, dalam bentuk organisasi pemuda, mahasiswa, LSM, dll. Bagus ! Menggembirakan ! Menambah semangat ! Itu tanda-tanda kita peduli pada diri kita sendiri. Logis dan smart, jika bukan kita yang mengurus diri sendiri, lalu siapa ? Mungkinkah suku lain yang memikirkannya, sementara orang Bali tidur ayem-ayem ?
Sudah waktunya orang Bali unjuk gigi. Belog - Polos boleh-boleh saja namun ada batasnya dan jangan terlalu lama menahan ketidakpuasan, jangan terlalu lama membiarkan adharma mencabik-cabik kita, jangan pula membiarkan pihak-pihak tertentu "ngerjain" Bali. Bangkitlah dan berjuanglah, karena jika tidak demikian kita akan tertinggal dan terlanggar oleh derasnya arus atau "rush". Kita akan diinjak-injak, misalnya ada pejabat tinggi negara yang seenaknya ngomong meremehkan Bali. Mungkin dalam pikirannya kita ini dianggap suku yang paling mudah diatur, paling penurut, paling penakut, paling "koh-ngomong". Maka segera perkuat konsolidasi ke dalam, artinya bina, pupuk, dan kembangkan rasa kesatuan dan persatuan sesama umat Hindu khususnya yang ada di Bali. Jangan mau diadu domba, jangan silau dengan kemilau Rupiah atau Dollar dari suap, sogokan, pemberian, dll., jangan mau dirayu dengan janji-janji gombal, dan yang terpenting jangan mau ditipu. Hanya orang bodoh saja yang mudah di tipu.
Kita bukan orang bodoh, kita sudah punya Professor, Doktor, segudang ! Kita sudah punya pejabat-pejabat tinggi di sipil dan militer, kita sudah punya usahawan yang berhasil, kita sudah punya kaum muda yang bersemangat. Tinggal dikoordinasikan saja. Para pejabat dan orang-orang Bali yang "sukses" dalam karir dan ekonomi yang ada di luar pulau Bali, mohonlah memperhatikan tanah air leluhurnya. Jangan berpeluk tangan, tolong ikut memikirkan, memberi masukan, membantu perjuangan menuju kelestarian Bali : agama, budaya, penduduk, dan alam pulau Bali. Mencintai Bali sama juga mencintai leluhur kita sendiri, karena beliau orang Bali!
Sumber: Stiti Dharma Online
Label:
ajeg bali. stiti,
bali,
belog,
dharma,
polos
Pesta Demokrasi di Dlodpangkung



Dari hasil pengamatanku, rata-rata para pemilih menghabiskan waktu a



Pendaftaran penyontrengan di TPS 19 berakhir pukul 12, tapi proses penyontregan baru berakhir pukul 13.30 karena ada yang sudah mendaftar tapi ditinggal pulang oleh pemilih. Total pemilih yang hadir adalah 301 orang dan yang tidak hadir sebanyak 49 orang.




Kami mempercayakan Pulau Bali yang cuma 0,29% dari luas negara Indonesia ini kepada wakil rakyat, agar Bali tetap Bersih Aman Lestari Indah atau Beautiful Adventurous Legendary Inspiring.
Link STAD DLP's Blog.
Kamis, April 02, 2009
Karya Nyatur di Pura Penataran Pande Tamanbali

Upacara Petirtaan Mesucian
Dua hari sebelum dilaksanakannya piodalan, Buda Kliwon Wuku Dungulan, 18 Maret 2009, diadakan Upacara Petirtaan Mesucian Ida Batara Ratu Bagus Pande di Pasiraman Gede Pura Siganing. Acara diawali dengan disuarakannya gedongan (kul-kul) di Jaba Nistaning Mandala Pura. Pukul 15:45 tepatnya umat (pemedek) sudah memadati areal Pura Penataran Pande. Gamelan pun mulai ditabuh, para wadon (perempuan) menyiapkan upakara, para lanang (laki-laki) menyiapkan Jempana (wadah tempat mengusung simbol Tuhan berupa Pretima).
Setelah semuanya siap, Ida Batara kepundut (dijunjung) dengan Jempana yang sudah dihias dan diupacarai. Selanjutnya mulailah perjalanan Melasti menuju Pesiraman Agung Pura Bukit Siganing yang berjarak dua setengah kilo dari Pura Penataran Pande. Iring-iringan Ida Batara diawali dengan Gong Gede Pura Penataran Pande, kemudian diikuti oleh pengiring pemundut upakara yang panjang 100 meter, lalu para pemundut Jempana, setelah itu baru diikuti gong yang selalu ngayah setiap Ida Batara mesucian, yaitu (due) milik Sri Mpu Aji Darma Dasi Tamanbali.

Seiring waktu berjalan satu persatu Arca/Pretima Ida Batara mulai disucikan dan yang terakhir adalah Pretima Ida Batara yang berstana di Pura Bukit Siganing yang juga ikut diupacarai pada Karya Nyatur tersebut. Setelah 2 jam berlangsung upacara penyucian, terakhir ditutup dengan persembahyangan bersama yang dipinpin oleh Jero Mangku Pemong-Mong. Setelah upacara penyucian berakhir, hari pun semakin gelap, para panitia menyiapkan penerangan berupa senter dan strongking, agar perjalanan pengiring yang memundut upacara dan jempana tidak terhambat.
Di Jaba Pura Penataran Pande sudah tampak para Kasinoman (orang-orangyang mengemban tugas khusus selama upacara berlangsung) yang sudah menyiapkan banten pemendak. Setelah sampai Jempana Ida Batara berjejer horisontal memanjang yang diapit oleh dua gamelan. Upacara pemendak dipimpin oleh pemangku pengiring, dalam hal ini tidak harus Mangku Pemong-Mong. Setelah dihaturkan banten pemendak, satu persatu pengiring yang memundut upacara melintasi banten yang sudah dihaturkan tadi, dikuti dengan Jempana Ida Batara melintasi Gelung Agung Candi Pura Penataran Pande yang dialasi kain putih yang membentang hingga Ida Betara sampai pada Pengaruman, dimana merupakan tempat Ida Batara Turun Kabeh dan berkumpulnya dengan pengiring-pegiring Ida Batara Ratu Bagus Pande.
Prosesi upacara penyucian pun dinyatakan selesai setelah umat/pengiring diberi pice, yaitu berkah makanan yang disediakan khusus dari panitia karya. Kemudian dilakukan persembahyangan bersama yang dipinpin oleh Jero Mangku Pemong-Mong Pura Penataran Pande Tamanbali.
Upacara Mapada
Wrespati Umanis Uku Dungulan, 19 Maret 2009 diadakan upacara Mapada, yaitu menyucikan hewan-hewan korban yang akan dipersembahkan untuk Karya Nyatur. Matahari belumlah sepenuhnya menampakkan sinarnya dan tidak pula seperti hari-hari biasanya dimana gendongan (kul-kul) yang berukuran lebih besar berumur 60 tahunanan dan yang kecilan sudah berumur 20 tahunan, sudah dibunyikan pagi-pagi sekali. Dibunyikannya gendongan merupakan tetenger (tanda) dimulainya suatu kegiatan yang berkaitan dengan upacara besar yaitu Karya Nyatur.
Pada hari inilah para krama dari berbagai tempat yang masih merupakan satu soroh bersatu menghaturkan ayah (bekerja dengan ikhlas). Kegiatan pertama diawali dengan pemotongan babi besar (celeng) dengan berat 125 kg sebanyak 2 ekor, dimana daging-daging babi ini nantinya akan diolah sedemikian rupa dan segala keperluan yadnya yang menggunakan daging babi. Selain babi binatang yang dipotong juga ada ayam dan bebek. Ngayah para krama juga diwarnai dengan berbagai macam pembagian tugas. Ada yang mendapat tugas menggoreng, nguletang (membuat adonan) sate, nempa (melilit) sate, ngebek (manggang) sate.
Waktu pun sudah menunjukan pukul 13:00 dan berbagai olahan makanan untuk upacara sudah selesai. Para pengayah juga mendapatkan pice berupa nasi lawar dan sate yang bisa diambil setelah Jero Mangku Penataran selesai ngaturang conto. Istilah conto disini diartikan sebagai wujud terima kasih dan rasa syukur atas apa yang dilimpahkan Hyang Widhi/Tuhan kepada umatNya. Setelah menikmati pice secara bersama-sama, krama yang memang bukan pengayah tetap bisa mepamit (pulang). Sedangkan bagi krama pengarep (kasinoman) masih tetap ngaturang ayah sampai jero panitia karya mamitang (memulangkan). Setelah semua ayah hari ini dinyatakan selesai barulah para krama ayah pengarep dipulangkan.


Puncak Karya
Sukra



Selesai dilakukan Upacara Maduur Mengala, mulailah disolahkan (dipentaskan) tarian sakral Rejang dan Pendet, dimana tarian ini terdiri dari 11 anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Tarian ini mengandung nuansa religius yang sangat tinggi. Setelah itu upacara piodalan dinyatakan selesai, yang diakhiri dengan persembahyangan bersama.


Calon Wakil Rakyat Ikut Nangkil
Some Kliwon Wuku Dungulan, 23 Maret 2009, beberapa aktivitas penting yang dapat dicatat pada hari terakhir ini adalah Pura Penataran Pande Tamanbali dijadikan momen yang sangatlah baik bagi para calon DPR dan anggota Legislatif untuk mencari dukungan atau memang secara tulus ingin tangkil dan medana punia.
Semoga saja para krama bisa berpikir dan bisa memilih mana yang baik, tidak ketinggalan pula yang tangkil pada hari terakhir yaitu orang nomor 1 di Kabupaten Bangli, yaitu Bapak Bupati I Nengah Arnawa, S.Sos., MM., bersama ajudan. Sungguh merupakan kehormatan yang sangatlah luar biasa. Mungkin merupakan sima krama, yang pasti kami memperlakukan pemimpin kami, bapak kami dengan sangat baik. Bapak tampil dengan senyumannya yang khas, sangat sederhana itu yang menginginkan kami kalau bisa, bapak menjabat lagi. Ini bukan kampanye pemilu ini hanyalah bagian yang nantinya akan menjadi sebuah buah bibir selama 1 bulan 7 hari.

Acara selanjutnya adalah acara pemademan pulokerti upacara yang berarti musnahnya Adarma melawan Darma. Kemudian, dilanjutkan dengan acara penedunan budal Ida Batara Bukit Siganing. Setelah sampai di Pura Bukit Siganing dan dilaksanakan upacara penyineban barulah para pengiring kembali ke Pura Penataran Pande. Sesampainya di Pura Penataran Pande, maka dimulailah upacara Penyineban Ratu Bagus Pande, kemudian Ratu Batara Lingsir, dan acara penyineban pun dinyatakan selesai.
Kontributor: Pande Putu Santiana, Tamanbali, Bangli.
Langganan:
Postingan (Atom)