Rabu, Maret 25, 2009

Keberuntungan di Bulan Maret

Bulan Maret ini adalah bulan keberuntunganku. Kenapa bisa begitu... Pertama, Ketika aku selesai sembahyang di Merajan (Pura Keluarga) Mamaku pada hari Galungan, Rabu, 18 Maret 2009, terlihat sebuah kamera digital SLR mungil di meja makan. Setelah kudekati, ternyata mereknya Digital SLR Nikon D40. Bentuknya itu lho yang menggoda, imut dan ringan, namun tetep mantap dipegang.

Aku mencoba mencari tombol on-nya dan akhirnya ketemu. Beberapa jepretan kucoba, dan hasilnya mak nyus... Wah, godaan pindah agama kamera pun muncul. Dulu waktu jaman kamera analog, aku setia dengan Canon EOS1000Fn semi otomatis. Rencananya sih mau beli Canon EOS 1000D seri ekonomisnya, supaya lensa 2 koleksi lensa Canon masih bisa dipakai.

Pamanku, Pak Agus Mataram, fotografer freelance dan juga pengoleksi sepeda onthel pergoki aku main-main dengan kameranya. Aku pun nanya berapa harganya, dijawab ga nyampe 5 juta rupiah udah dapat Lensa Kitnya 18-55mm. Harga yang ekonomis untuk kamera digital SLR serba bisa ini. Aji Mangku Windia, yang juga fotografer senior Bali dan pamanku juga ngasi saran untuk beli Nikon 40D aja sebagai kamera digital SLR perdanaku.

Beli Nikon 40D
Kemudian sampai rumah di Sukawati aku mencari info di salah satu blog fotografer di internet. Banyak pendapat yang mengatakan kelebihan kamera Nikon yang satu ini. Tapi aku juga mengintip ulasan Canon EOS1000D dan Sony Alpha 200. Setelah kenyang dapat info selama 2 hari di dunia maya, akhirnya Jumat, 20 Maret 2009, aku survey harga di dua toko kamera di sepanjang Jl. Diponegoro Denpasar. Toko yang pertama aku kunjungi sudah pasti toko pusat Nikon di Bali. Diberi harga 5,7 juta rupiah sudah termasuk memory card 2GB tanpa bisa ditawar. Hmmm... berpikir juga akhirnya karena budgetku cuma 5 juta. Om dolar yang melambung ternyata juga pengaruhi harga kamera.

Kemudian aku pindah menuju toko kamera yang satunya. Harganya cuma terpaut 100 ribu rupiah dan di sana terpampang Canon EOS 1000D dengan harga 6 juta rupiah. Kembali tergoda untuk ngambil Canon, tapi karena belum ngambil uang di ATM, memberi kesempatan padaku berpikir untuk memilih di antara dua pilihan itu.

Jupiter Z menemaniku berpikir di seputaran jalan di Denpasar, dan akhirnya aku memutuskan pindah agama, yaitu Nikon, hehe... Kutebus dengan uang 5,7 juta rupiah hasil mengobok-obok isi 2 ATMku. Senangnya bukan main, kesampaian juga punya kamera digital SLR.

Foto Pertama
Sebelum pulang, aku mampir dulu di toko Eiger, beli tas samping untuk kamera yang harganya jauh lebih ekonomis daripada merek Lowepro. Sesampainya di rumah, kubaca dulu manualnya. Objek pertama sudah pasti anjing kesayanganku, peranakan Golden dengan anjing kampung. Reaksi kamera pun begitu cepat dan aku masih kewalahan ngatur pencahayaanya secara manual. Daripada repot-repot dan hari sudah malam, mode auto pun aku gunakan.

Hunting 3 Hari Nonstop
Keesokan harinya, Sabtu, 21 Maret 2009, tangan terasa gatal untuk cepat-cepat mengelus Nikon 40Dku. Saudaraku dari Bangli menelpon kalau di sana ada Upacara Odalan Pura Penataran Pande Taman Bali, Bangli. Ada objek bagus pikirku. Jam 3 sore aku berangkat ke Bangli dan mendapat lumayan banyak objek menarik.

Minggu, 22 Maret 2009 aku terbagun terlalu pagi, jam 5.30! Terbesit ide untuk mengambil foto sunrise di Pantai Purnama Sukawati. Kuintip langit dari kamar, tidak ada mendung, berati ada peluang untk abadikan sunrise di sana. Jupiter Z aku panaskan hanya 1 menit, langsung meluncur dengan menggantung Nikon 40D di leherku. Sesampainya di pantai, surya belum juga tampak. Setelah nunggu 15 menit akhirnya muncul dan aku mulai beraksi melukis dengan cahaya sinar matahari pagi.

Belum puas rasanya foto-foto di pantai. Muncul lagi ide baru, yaitu foto gunung terdekat, yaitu Gunung Batur! Semua sahabat-sahabat aku hubungi, ternyata mereka sibuk. Tapi, malah ada bidadari cantik yang mau temani aku menjelajah keindahan Kintamani. Tambah semangat acara hunting fotoku. Pukul 9 pagi aku berangkat dengannya dengan menggunakan motor Revonya. Jalur Tampaksiring Kintamani aku lalui, karena paling dekat dari kota Gianyar.

Hawa terasa dingin dan semakin dingin ketika sampai di Penelokan, Kintamani. Cuaca cukup cerah membuat aku semangat melukis Gunung Batur dengan Danaunya. Tapi tak cukup dari atas Penelokan mengambil gambarnya. Sahabatku dari Trunyan aku telpon dan beruntung, dia tidak di Denpasar. Susah payah kami melalui jalan di pinggir danau yang penuh ukiran, alias berlobang. Jalan yang rusak ditambah medan yang curam, tak menghalangi niat kami ke Desa Trunyan sambil menguji ketangguhan Revo baru. Setelah hampir sejam menyusuri jalan satu-satunya dengan hanya mengandalkan gigi 1 dan 2, akhirnya sampai di Desa Trunyan yang asri dan misteri.

Setelah puas berpetualang di Desa Trunyan, keesokkan harinya, Senin 23 Maret 2009 aku mengikuti upacara melasti. Jam 6 pagi, ratusan masyarakat Desa Pakraman Sukawati berkumpul di Pura Desa Sukawati. Kami pun memargi (berangkat dengan jalan kaki) dengan memundut (menggotong) Stana Ida Bethara (Jempana) masing-masing menuju Pantai Purnama yang jaraknya sekitar 5 km itu. Setelah berjalan selama sejam, kami pun sampai di Pantai Purnama. Semua Krama Desa Sukawati sibuk mempersiapkan upacara Melasti, sedagkan aku dengan beberapa fotografer lokal dan Jepang sibuk mengabadikannya. Hanya satu kata menggambarkan semuanya, yaitu seru!

HP Pavillion zv5000 Berdebu dan Bervirus
Keberuntungan keduaku adalah pada hari Selasa, 24 Maret 2009, dimana aku diberi pinjaman laptop oleh kantor tempatku kerja. Aku kira bakal dapat Sony Vaio seperti rekan kerja seniorku, tapi HP Pavillion zv5000 yang beratnya hampir 5 kg itu. Kondisinya pun sangat memprihatinkan, bodinya berdebu dan luar biasa kotornya karena hampir 6 bulan bermukim di gudang. Tapi, tak cukup itu saja. Ketika aku hidupkan (syukur masih bisa hidup), tanda-tanda ada peternakan virus pun terlihat.

Walaupun demikian, aku tetap mensyukurinya. Sampai di rumah tas dan laptopnya aku bersihkan dari debu. Pelan-pelan aku bersihkan virusnya dengan menggunakan berbagai antivirus lokal maupun mancanegara. Dan akhirnya lenyap juga virusnya dengan bantuan PCMAV, SMADAV dan Kaspersky Internet Security 7 Trial Version, pada hari ini, Rabu, 25 Maret 2009.

Rencana Abadikan Nyepi di Sukawati
Besok, Kamis, 26 Maret 2009 adalah Hari Raya Nyepi yang dirayakan seluruh umat Hindu di Indonesia. Khususnya di Bali, perayaan ini sangatlah spesial karena Bali akan menjadi Pulau yang sunyi selama 24 Jam. Rencananya aku dan pemuka Desa Pakraman Sukawati akan mengabadikan suasana Nyepi. Sebenarnya ada empat pantangan di Hari Raya Nyepi, yaitu Keheningan tanpa memanfaatkan api, tanpa bersenang-senang, tanpa kerja, dan tanpa bepergian. Jika aku keluar besok berarti aku akan melanggar keempat pantangan tersebut, tapi karena ini tugas dan pengecualian untuk mengabadikan suasana Nyepi, aku menyanggupinya. Setelah selesai aku pun akan kembali ke rumah dan melaksanakan Catur Beratha Penyepian.